Sabtu, 12 Januari 2013

Missyou Pak Ndang 


Setiap orang pasti punya deh, mungkin lebih dari satu. Ini saya cerita pas zaman SD. Salah satu guru favorit saya adalah Pak Dadang , biasa di panggil Pak Ndang usianya sekita 40 an. Beliau adalah guru matematika kelas Enam.
Sewaktu kelas Empat dan Lima saya tidak pernah diajar beliau, ya.. Pak Ndang hanya mengajar kelas Enam, itu pun tidak semuanya. Kesan pertama dan beberapa kali melihat beliau mengajar.. ah, biasa aja, malah saya dan teman-teman berpendapat bahwa Pak Ndang ini terlalu lembek, terlalu memanjakan kami.
Pelajaran Matematika itu selalu setelah jam olahraga, olahraga jam 7, lalu Matematika jam 9. Kami selalu saja, terutama yang cowok, masuk jam 9 lewat, lalu tak berapa lama, jam 10 sudah istirahat. Pak Ndang tak pernah menegur, apalagi marah. Terkadang juga banyak anak-anak yang masih kipas-kipas di kelas, tak menghiraukan penjelasannya.
Hingga suatu hari, ada seorang siswa, siswa lho ya, entah disengaja atau tidak, dia melemparkan gelas air mineral (masih ada airnya sedikit) ke pinggang Pak Ndang, waktu itu Pak Ndang sedang keliling meja mengecek catatan. Yaa.. si temen saya itu, malah ketawa-ketawa biasa aja, dia memang dicap di kelas kami sangat akrab dengan bapaknya, dia sering ditunjuk untuk mengerjakan soal di depan, tapi jarang bisa.. Namun, tanggapan saya dan teman sebangku yang melihat kejadian itu berbeda.. “wah, si A kelewatan nih, masa ngelempar gelas aqua”
bahkan kami bersuara agak keras,
“wa..parah kau A..”
keadaan kelas cukup ramai (ribut) saat itu, sehingga hanya kira-kira 4 orang saja yang memperhatikan hal ini, termasuk saya yang kebetulan tempat duduknya ada di belakang oknum.
Tak lama Pak Ndang pun menghampiri meja kami, beliau bercerita bahwa dulu sebelum mengajar disini, di SD 1Cibuntu, Pak Ndang pernah mengajar di Kalimantan (entah Kalimantan, entah Makasar ya..lupa). Saat itu, dia adalah guru yang masih baru, masih muda, belum berpengalaman mengajar sebelumnya. Nah, saat di Kalimantan itu, beliau mengajar muridnya sangat keras, bahkan main pukul. Tidak ada siswa yang berani melawannya. Mereka ketakutan. Singkat cerita, Pak Ndang merasa bahwa caranya mengajar adalah salah. Prestasi muridnya jelek, dan kesan mereka terhadap Pak Ndang pun buruk, walaupun pasti tujuan Pak Ndang sangatlah mulia.
Akhirnya, ketika ia pindah ke SD kami, jadi seperti inilah dia, cara mengajarnya berubah drastis. Saya dan teman semeja saya langsung terenyuh mendengar itu, saya pastikan bahwa saat itu yang mendengar cerita ini secara langsung hanya kami berdua. 
Mendekati massa UAN, kami sekelas mulai merasakan betapa sabarnya Pak Ndang, dan betapa baiknya dia. Ketika ada yang tidak mengerti karena tidak memperhatikan (asyik ngobrol), Pak Ndang mauu-maunya mengulang lagi materi dari awal. Yaa.. agak membosankan sih bagi yang mendengarkan dan udah ngerti. Ok Pak Ndang, terima kasih atas Ilmu Matematika itu. Matematika yang saat itu sangat saya gemari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar