Setiap orang pasti punya deh, mungkin lebih dari
satu. Ini saya cerita pas zaman SD. Salah satu guru favorit saya adalah Pak
Dadang , biasa di panggil Pak Ndang usianya sekita 40 an. Beliau adalah guru matematika
kelas Enam.
Sewaktu kelas Empat dan Lima saya tidak pernah diajar beliau, ya.. Pak Ndang
hanya mengajar kelas Enam, itu pun tidak semuanya. Kesan pertama dan beberapa
kali melihat beliau mengajar.. ah, biasa aja, malah saya dan teman-teman
berpendapat bahwa Pak Ndang ini terlalu lembek, terlalu memanjakan kami.
Pelajaran Matematika itu selalu setelah jam olahraga, olahraga jam 7, lalu Matematika
jam 9. Kami selalu saja, terutama yang cowok, masuk jam 9 lewat, lalu tak
berapa lama, jam 10 sudah istirahat. Pak Ndang tak pernah menegur, apalagi
marah. Terkadang juga banyak anak-anak yang masih kipas-kipas di kelas, tak
menghiraukan penjelasannya.
Hingga suatu hari, ada seorang siswa, siswa lho ya, entah disengaja atau
tidak, dia melemparkan gelas air mineral (masih ada airnya sedikit) ke pinggang
Pak Ndang, waktu itu Pak Ndang sedang keliling meja mengecek catatan. Yaa.. si
temen saya itu, malah ketawa-ketawa biasa aja, dia memang dicap di kelas kami
sangat akrab dengan bapaknya, dia sering ditunjuk untuk mengerjakan soal di
depan, tapi jarang bisa.. Namun, tanggapan saya dan teman sebangku yang melihat
kejadian itu berbeda.. “wah, si A kelewatan nih, masa ngelempar gelas aqua”
bahkan kami bersuara agak keras,
“wa..parah kau A..”
keadaan kelas cukup ramai (ribut) saat itu, sehingga hanya kira-kira 4
orang saja yang memperhatikan hal ini, termasuk saya yang kebetulan tempat
duduknya ada di belakang oknum.
Tak lama Pak Ndang pun menghampiri meja kami, beliau bercerita bahwa dulu
sebelum mengajar disini, di SD 1Cibuntu, Pak Ndang pernah mengajar di
Kalimantan (entah Kalimantan, entah Makasar ya..lupa). Saat itu, dia adalah
guru yang masih baru, masih muda, belum berpengalaman mengajar sebelumnya. Nah,
saat di Kalimantan itu, beliau mengajar muridnya sangat keras, bahkan main
pukul. Tidak ada siswa yang berani melawannya. Mereka ketakutan. Singkat
cerita, Pak Ndang merasa bahwa caranya mengajar adalah salah. Prestasi muridnya
jelek, dan kesan mereka terhadap Pak Ndang pun buruk, walaupun pasti tujuan Pak
Ndang sangatlah mulia.
Akhirnya, ketika ia pindah ke SD kami, jadi seperti inilah dia, cara
mengajarnya berubah drastis. Saya dan teman semeja saya langsung terenyuh
mendengar itu, saya pastikan bahwa saat itu yang mendengar cerita ini secara
langsung hanya kami berdua.
Mendekati massa UAN, kami sekelas mulai merasakan betapa sabarnya Pak Ndang,
dan betapa baiknya dia. Ketika ada yang tidak mengerti karena tidak
memperhatikan (asyik ngobrol), Pak Ndang mauu-maunya mengulang lagi materi dari
awal. Yaa.. agak membosankan sih bagi yang mendengarkan dan udah ngerti. Ok Pak
Ndang, terima kasih atas Ilmu Matematika itu. Matematika yang saat itu sangat
saya gemari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar